Individu yang terinfeksi leptospirosis dapat mengalami berbagai gejala, seperti demam, nyeri tubuh, nyeri di betis, mata merah, serta gejala kekuningan pada tubuh. Dalam kondisi yang lebih parah, penyakit ini dapat menyebabkan gagal ginjal dan berujung pada kematian.
Oleh karena itu, Irma mengimbau masyarakat yang tinggal di daerah dengan banyak tikus dan mengalami gejala serupa untuk segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan.
"Pada tahap awal, leptospirosis sangat mudah dideteksi dan dapat diobati di puskesmas, klinik, atau rumah sakit," ujarnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa penularan leptospirosis lebih rentan terjadi di lingkungan padat penduduk, persawahan, perkampungan nelayan, atau kawasan kumuh yang menjadi tempat bersarangnya tikus.
Risiko penularan juga meningkat di daerah yang rawan banjir, terkena rob, berada dekat sungai, serta di tempat dengan sistem pengelolaan sampah yang buruk.
"Untuk mereka yang bekerja di area berisiko, seperti sawah atau daerah banjir, sangat disarankan menggunakan alat pelindung diri, seperti sepatu bot. Sebab, luka kecil, termasuk telapak kaki yang pecah-pecah, bisa menjadi jalur masuk bakteri leptospira," ungkapnya.
Irma juga menekankan pentingnya metode yang tepat dalam mengeliminasi tikus. Ia menyarankan agar tikus tidak dijerat, karena dapat menyebarkan cairan atau darah yang berpotensi mengandung bakteri penyebab penyakit.