Serangan itu terjadi bertepatan dengan kunjungan Wakil Presiden Amerika Serikat, JD Vance, yang tengah melakukan lawatan selama empat hari di India. Ia juga menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban.
Presiden AS Donald Trump dilaporkan juga langsung menghubungi Modi tak lama setelah serangan terjadi, untuk menyampaikan “belasungkawa terdalam” atas jatuhnya korban jiwa dari warga sipil, menurut keterangan dari Kementerian Luar Negeri India.
Wilayah Himalaya yang diklaim sepenuhnya baik oleh India maupun Pakistan namun dikuasai sebagian-sebagian oleh masing-masing negara, telah lama dilanda siklus kekerasan sejak pecahnya pemberontakan bersenjata anti-India pada tahun 1989. Kendati demikian, serangan terhadap wisatawan tergolong jarang terjadi.
Pada Juni tahun lalu, sebuah serangan terhadap bus yang mengangkut peziarah Hindu menyebabkan kendaraan tersebut jatuh ke jurang dan menewaskan sedikitnya sembilan orang.
India mencabut status khusus Kashmir pada tahun 2019, dan membagi wilayah tersebut menjadi dua wilayah administrasi federal -- Jammu dan Kashmir, serta Ladakh.
Sejumlah organisasi di Jammu dan Kashmir menyerukan aksi mogok massal pada Rabu sebagai bentuk protes atas pembunuhan tersebut.