CARAPANDANG - Sejumlah ilmuwan baru-baru ini berhasil mengidentifikasi sebuah area di dalam korteks frontal otak yang dapat mengoordinasikan respons hewan terhadap situasi yang berpotensi menimbulkan trauma, menurut sebuah studi terbaru yang dipimpin oleh Institut Kesehatan Nasional (National Institutes of Health/NIH) Amerika Serikat (AS).
Memahami lokasi dan cara kerja sirkuit saraf yang melibatkan korteks frontal dalam mengatur fungsi semacam itu, serta cara sirkuit tersebut dapat mengalami malafungsi, bisa memberikan wawasan tentang perannya dalam kasus gangguan kejiwaan yang berhubungan dengan trauma dan stres pada manusia, kata NIH dalam sebuah rilis pada Senin (12/2).
Pada model hewan untuk kasus stres dan trauma, mempelajari sumber ancaman potensial dengan mengamati respons hewan lain dalam menghadapi bahaya dapat menjadi cara yang efektif untuk menghindari petaka. Memahami perbedaan antara cara otak memproses pengalaman langsung ketika menghadapi gangguan dan dengan mengamati respons individu lain terhadap bahaya dapat menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi manusia dalam kasus gangguan kejiwaan yang berhubungan dengan trauma dan stres, papar NIH.
Para ilmuwan meneliti aktivitas otak pada tikus yang menjalani pembelajaran rasa takut observasional, yaitu proses di mana hewan belajar tentang sumber bahaya dan meminimalkan risiko diri sendiri dengan mengamati respons individu lain saat menghadapi ancaman.