"Selama lima tahun saya berlatih keras setiap hari. Saya kalah, kalah, dan kalah, namun saya tetap berlatih dari pagi hingga malam. Saya terkadang menangis sendirian di malam hari, tetapi saya tidak pernah menyerah," kata Shenazandifard dengan penuh haru.
Atlet veteran itu juga mengungkapkan rasa hormatnya kepada Zhong, pelatih tim China.
"Qixin adalah legenda bagi saya, dia adalah saudara bagi saya," kata sang juara bertahan itu.
Leonardo berhasil mengantongi perunggu setelah mengungguli Wu dengan catatan waktu 4,95 detik.
Di final putri, Dewi yang baru saja dinobatkan sebagai juara dunia bertanding melawan Deng Lijuan dari China, pemegang rekor Asia. Atlet asal Bali ini menang dengan catatan waktu 6,36 detik yang memecahkan rekor, lebih cepat dari Deng yang mencatatkan waktu 6,43 detik. Catatan waktu Deng itu melampaui rekornya terdahulu, yaitu 6,47 detik.
"Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada pelatih saya yang telah membantu saya meraih medali," kata Dewi yang berusia 22 tahun itu. "Saya rasa para atlet putri China juga luar biasa. Kami sudah sering bertanding dengan mereka, kadang mereka menang, kadang kami yang menang. Hari ini saya melakukannya dengan lebih baik," tambahnya.
Atlet Indonesia lainnya, Rajiah Sallsabillah, meraih perunggu usai mengalahkan Niu Di dari China dengan catatan waktu 6,87 detik.