"Jika kita bandingkan dari pekan pertama Januari hingga pekan terakhir November 2024, kita mencatatkan peningkatan lebih dari 716 persen (dibandingkan dengan keseluruhan tahun 2023). Jika tren ini terus berlanjut, sudah pasti, pada akhir Desember, kita akan mencatatkan peningkatan kasus lebih dari 800 persen dibandingkan dengan 2023," ungkap Kaseya. "Ini menjadi bukti bahwa setelah pandemi COVID-19, mpox menjadi wabah terbesar yang dihadapi Afrika."
Para pasien yang terjangkit mpox beserta keluarganya terlihat di sebuah pusat perawatan mpox di pinggiran Bukavu, Provinsi Kivu Selatan, Republik Demokratik (RD) Kongo, pada 31 Agustus 2024. (Xinhua/Alain Uyakani)
Lebih lanjut menurut kepala CDC Afrika itu, benua Afrika saat ini menghadapi wabah mpox yang berbeda, dengan kombinasi empat galur (strain) virus. "Di beberapa tempat, ada kombinasi dari berbagai jenis virus, dan inilah yang membuat mpox menjadi lebih rumit dalam hal penanganan yang tepat," katanya.
Mpox, yang dikenal sebagai cacar monyet (monkeypox), kali pertama terdeteksi pada monyet laboratorium pada 1958. Mpox merupakan penyakit virus langka yang biasanya menular melalui cairan tubuh, percikan cairan saluran pernapasan, dan benda yang terkontaminasi lainnya. Infeksi mpox biasanya menyebabkan demam, ruam, dan pembengkakan kelenjar getah bening.