Xin Guobin, Wakil Menteri Perindustrian dan Teknologi Informasi China, mengatakan ada banyak perusahaan pemanfaatan dan pendaur ulang baterai di negara tersebut, tetapi mereka memiliki tingkat kemampuan teknis yang beragam.
Tingkat pemulihan sumber daya nikel dan kobalt di perusahaan-perusahaan maju mencapai sekitar 95 persen, sedangkan untuk lithium juga lebih dari 90 persen. Namun, tingkat daur ulang lithium di beberapa perusahaan masih berkisar antara 70 hingga 80 persen.
Sebuah tim peneliti dari Qinghai Institute of Salt Lakes di bawah Akademi Ilmu Pengetahuan China (Chinese Academy of Sciences/CAS) berhasil menemukan cara baru untuk memulihkan lebih dari 90 persen lithium dari baterai lithium-ion, jenis baterai daya utama yang lazim digunakan, yang sudah dinonaktifkan. Tim ini telah bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan daur ulang untuk mengimplementasikan teknologi baru tersebut.
Cara baru ini menerapkan teknologi pemisahan membran untuk mengekstrak lithium melalui pelindian asam (acid leaching), dengan kemurnian lithium karbonat yang didapatkan mencapai 99,69 persen, dengan nilai komersial tinggi. Tingkat pemulihan lithium dalam keseluruhan proses mencapai 92,24 persen.
Wang Min, ketua tim peneliti, mengatakan bahwa elektrolit dan pelarut pada limbah baterai lithium-ion mengandung pelarut organik, terutama fluorin, logam berat, dan zat berbahaya lainnya. Jika dibuang sembarangan, limbah itu dapat membahayakan lingkungan dan manusia.