CARAPANDANG - Defisit anggaran Amerika Serikat (AS) mencapai 1,7 triliun dolar AS (1 dolar AS = Rp15.708) pada tahun fiskal 2023, yang berakhir pada 30 September, seiring terus melonjaknya suku bunga, demikian disampaikan oleh Kantor Anggaran Kongres (Congressional Budget Office/CBO) AS dalam Tinjauan Anggaran Bulanan pada Selasa (10/10).
Setelah disesuaikan dengan pemberlakuan dan pembatalan perubahan jadwal dan rencana penghapusan utang mahasiswa oleh Presiden AS Joe Biden, defisit meningkat lebih dari dua kali lipat antara tahun fiskal 2022 dan tahun fiskal 2023, yaitu dari 0,9 triliun dolar AS menjadi 2 triliun dolar AS, menurut perkiraan CBO.
Peningkatan tersebut disebabkan oleh kombinasi antara pendapatan yang lebih rendah dan pengeluaran yang lebih tinggi, yang "sebagian besar ditujukan untuk program-program wajib utama dan untuk pembayaran bunga utang," menurut CBO.
Pengeluaran untuk program-program belanja wajib terbesar, termasuk jaminan sosial, Medicare, dan Medicaid, naik sebesar 285 miliar dolar atau 11 persen.
Pengeluaran bersih untuk bunga utang publik meningkat sebesar 177 miliar dolar, atau 33 persen, yang sebagian besar disebabkan oleh tingkat suku bunga yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan level yang tercatat pada tahun fiskal 2022.
Tingkat suku bunga sekuritas Departemen Keuangan AS melonjak, dengan tingkat suku bunga surat berharga 10 tahun ditutup di atas level 4,7 persen pekan lalu, level yang belum pernah tercatat sejak 2007.