"Saya ingin menekankan bahwa sebagai manusia kita memiliki keterbatasan, dan kita tidak bisa meramalkan apa yang akan terjadi di masa depan. Yang pasti, Tsunami tidak memilih korban, siapapun bisa menjadi korban. Bagaimana kita meresponsnya adalah yang membedakan manusia berdasarkan budayanya," jelas Fukada.
Festival Sayama De Sinema telah membawa budaya dan keindahan film Indonesia ke hati warga Jepang, menunjukkan bahwa sinema adalah bahasa universal yang dapat menghubungkan berbagai budaya dan negara. Pada hari kedua, festival ini dilanjutkan dengan pemutaran film "Filosofi Kopi" (2015), yang memberikan pengalaman sinematik mendalam bagi penontonnya. dilansir kemdikbud.go.id