Di distrik Valenzuela, 69 sekolah telah beralih ke pembelajaran daring sebagai alternatif. Langkah ini diambil untuk memastikan siswa tetap bisa belajar tanpa harus menghadapi risiko kesehatan akibat suhu ekstrem.
Fenomena ini terjadi di tengah kenaikan suhu global yang mencetak rekor baru pada 2024. Suhu rata-rata dunia bahkan sempat melampaui ambang batas pemanasan 1,5 derajat Celsius.
UNICEF mencatat bahwa cuaca ekstrem pada 2023 mengganggu pendidikan sekitar 242 juta anak di 85 negara, termasuk Filipina. Gelombang panas menjadi salah satu faktor utama yang menghambat pendidikan anak-anak di berbagai belahan dunia.
Para ahli menegaskan bahwa aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil, telah mempercepat pemanasan global dan mengubah pola cuaca. Akibatnya, musim hujan menjadi lebih basah, musim kemarau lebih kering, dan intensitas badai semakin meningkat.
Populasi dunia kini semakin rentan terhadap bencana akibat perubahan cuaca ekstrem. Pemerintah setempat terus berupaya memitigasi dampak gelombang panas yang berkepanjangan, termasuk dengan beralih ke metode pembelajaran daring.
Namun, para pakar iklim menekankan perlunya kebijakan yang lebih kuat untuk mengurangi dampak perubahan iklim secara global. Mereka juga menegaskan bahwa langkah tersebut penting untuk mencegah suhu ekstrem yang lebih parah di masa depan.