CARAPANDANG - Hong Kong menghadapi ujian fiskal terberat dalam tiga dekade terakhir akibat serangkaian defisit besar yang mengkhawatirkan para ahli. Mereka mendesak pemerintah untuk memangkas anggaran dengan hati-hati guna menghindari dampak lebih lanjut pada ekonomi yang sudah melemah.
Hong Kong terakhir kali mengalami defisit besar adalah setelah krisis keuangan Asia pada akhir tahun 1990-an. Namun, skala defisit tersebut jauh lebih kecil dibandingkan dengan kondisi saat ini, dikutip dari CNA, Senin (24/2/2025).
Pada tahun fiskal 2020-2021, kota ini mencatat kekurangan anggaran sebesar HK$252 miliar (Rp528,7 triliun). Dalam tiga dari empat tahun terakhir, Hong Kong juga mengalami defisit tahunan lebih dari US$20 miliar (Rp41,9 triliun)
Kepala keuangan Hong Kong, Paul Chan, mengatakan bahwa defisit ini disebabkan oleh berbagai tantangan internal dan eksternal. Untuk mengatasinya, anggaran baru yang diumumkan akan mengontrol pengeluaran publik secara ketat.
Chan memperkirakan kota ini bisa kembali mengalami surplus dalam tiga tahun. Namun, mantan menteri Anthony Cheung menilai bahwa masalah fiskal ini bukan sekadar akibat siklus ekonomi.
Cheung membandingkan kondisi Hong Kong dengan Singapura, yang mampu pulih lebih cepat dari dampak pandemi Covid-19. Ia juga menyoroti eksodus perusahaan dan pekerja bergaji tinggi dari Hong Kong, yang semakin memperburuk situasi fiskal kota tersebut.
