Ketika parasit malaria menjadi semakin kebal terhadap antibiotik, kemanjurannya semakin berkurang, sehingga para peneliti terdorong untuk mengeksplorasi pengobatan baru yang dibuat khusus untuk negara-negara Afrika yang sangat endemik, jelas para ilmuwan tersebut.
Feiko ter Kuile, seorang profesor Epidemiologi Tropis di Liverpool School of Tropical Medicine sekaligus pemimpin penelitian ini, mengatakan bahwa obat baru ini mengurangi insiden malaria di kalangan wanita hamil dan wanita pengidap HIV sebesar 68 persen, berdasarkan hasil uji klinis.
Obat baru ini menunjukkan tingkat keamanan dan toleransi yang tinggi, mencegah dua dari tiga infeksi malaria selama kehamilan, kata Hellen Barsosio, seorang ilmuwan penelitian klinis dari Pusat Penelitian Kesehatan Global KEMRI.
Barsosio menambahkan bahwa penemuan obat malaria baru untuk ibu hamil yang positif HIV dapat mengarah pada penyesuaian kembali kebijakan kesehatan ibu dan bayi baru lahir di Afrika.
Simon Kariuki, kepala program malaria di Pusat Penelitian Kesehatan Global KEMRI, mengatakan bahwa pengembangan obat baru yang dikombinasikan dengan uji coba serupa yang sedang dilakukan di Gabon dan Mozambik akan merevitalisasi pencegahan malaria di Afrika.