"Instrumen akustik aktif dapat memperoleh informasi tentang target kecil seperti plankton, nekton, ikan pelagis, ikan demersal, serta dapat digunakan untuk eksplorasi dasar perairan dalam menentukan klasifikasi tipe substrat," ujarnya.
Sedangkan instrumen akustik pasif adalah penggunaan alat perekam suara sebagai elemen utamanya. Instrumen akustik pasif dapat digunakan untuk mendapatkan karakteristik suara lingkungan dan biota bawah air.
"Selama ini belum ada data berapa jumlah ikan di laut Indonesia. Ke depan sebetulnya kita bisa hitung," ujarnya.
Profesor Sri menyebutkan telah ada penelitian, beberapa hasil deteksi dan kuantifikasi dari plankton, ikan, terumbu karang, dasar perairan, bioakustik mamalia dan ikan.
Ia memaparkan dengan teknologi akustik, hambur balik plankton yang merupakan organisme renik dan hidupnya mengikuti arus. Umumnya plankton hidup bergerombol, namun tidak menyebar merata.
Dia menyampaikan penelitian di Perairan Teluk Ambon, Teluk Yos Sudarso, laut Halmahera diperoleh nilai Sv yang tinggi di kolom perairan atas. Semakin besar nilai Sv maka akan menggambarkan gerombolan plankton tersebut semakin besar. Kekuatan hambur balik akustik suatu organisme sangat dipengaruhi oleh karakteristik fisik komposisi material penyusun tubuhnya.