CARAPANDANG - Tentara Israel pada Senin (1/4) mengumumkan telah menarik pasukannya dari Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza, mengakhiri serangan selama dua pekan di pusat medis terbesar di daerah kantong tersebut.
Terletak di Gaza utara yang dilanda kelaparan, kompleks medis itu menjadi tempat perlindungan bagi ribuan pasien dan pengungsi Palestina, sekaligus menjadi sasaran tank dan serangan udara Israel. Serangan ini merupakan serangan besar kedua Israel terhadap rumah sakit tersebut sejak awal agresi Israel di Gaza yang telah berlangsung hampir enam bulan.
Pasukan Pertahanan Israel (Israel Defense Forces/IDF) merilis sebuah pernyataan yang mengatakan bahwa selama serangan ke Al-Shifa, pihaknya menewaskan para militan "dalam pertempuran jarak dekat, serta menemukan banyak senjata dan dokumen intelijen di seluruh rumah sakit itu."
Menurut Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus, sedikitnya 21 pasien tewas terbunuh di Al-Shifa sejak awal serangan.
"Kekerasan terus berlanjut di sekitar rumah sakit tersebut," tulisnya di platform media sosial X. Setidaknya 107 pasien, termasuk empat anak-anak dan 28 pasien kritis, telantar di dalam kompleks medis itu, tanpa sarana perawatan yang diperlukan. "Banyak yang mengalami luka infeksi dan dehidrasi," kata Tedros.
Rekaman video dan foto-foto dari rumah sakit itu menunjukkan kerusakan masif, termasuk bangunan-bangunan yang terbakar.