CARAPANDANG - Masyarakat Papua Nugini sudah siap berpesta untuk menghormati tamu istimewa: Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden. Senin (22/5/2023), bahkan telah dinyatakan sebagai hari libur umum, namun tamu kehormatan yang ditunggu tidak hadir.
Biden seharusnya menjadi presiden AS pertama yang mengunjungi negara Kepulauan Pasifik itu pada Senin, namun dia membatalkan perjalanannya dan memilih kembali ke Washington usai menghadiri KTT G7 di Hiroshima untuk fokus pada urusan domestik.
Alih-alih Biden, Papua Nugini malah menyambut Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken. Setelah enam bulan persiapan, jelas itu bukan momen bersejarah yang mereka dambakan.
"Ini mengecewakan sejumlah pemimpin Pasifik yang telah membuat pengaturan khusus untuk bertemu dengannya," tutur Perdana Menteri Kepulauan Cook dan pemimpin Forum Kepulauan Pasifik Mark Brown seperti dilansir BBC, Selasa (23/5).
Seharusnya, dalam kunjungannya, Biden akan menandatangani pakta keamanan dengan Perdana Menteri Papua Nugini James Marape. Perjanjian tersebut, yang akhirnya diteken oleh Menlu Blinken dan PM Marape, memberi pasukan AS akses ke lapangan terbang dan pelabuhan negara tersebut. AS dan China bersaing untuk berebut pengaruh di Pasifik dan AS, khususnya, tengah berlari untuk mengejar ketertinggalan setelah apa yang digambarkan oleh para analis sebagai pengabaian selama bertahun-tahun atas wilayah kaya sumber daya alam dan memiliki posisi strategis ini.