Mereka juga meminta negara-negara lain untuk tidak mengakui hasilnya karena dianggap bertentangan dengan keinginan rakyat. Sementara itu, Min Aung Hlaing menegaskan militer sedang berjuang dalam "perang yang benar" melawan pemberontak yang menurutnya ingin menghancurkan negara.
Ia kembali mengajak kelompok bersenjata untuk mencari solusi politik melalui dialog. Sejumlah analis memperingatkan bahwa pemilu ini justru dapat memicu lebih banyak kekerasan.
Negara-negara ASEAN juga mendesak junta Myanmar untuk lebih memprioritaskan perdamaian daripada pemilu. Menurut laporan PBB, konflik yang berlangsung telah menyebabkan lebih dari tiga juta orang mengungsi.
Konflik tersebut juga menyebabkan krisis pangan semakin meluas dan lebih dari sepertiga populasi Myanmar membutuhkan bantuan kemanusiaan. Meskipun junta mengklaim pemilu ini akan berjalan sesuai sistem multi-partai, skeptisisme dari masyarakat internasional tetap tinggi.
Banyak pihak menilai pemilu ini sebagai upaya junta untuk melegitimasi kekuasaan mereka di tengah tekanan dari dalam dan luar negeri. Dengan kondisi politik yang masih bergejolak, masa depan Myanmar tetap dipenuhi ketidakpastian.