CARAPANDANG - Sekitar 74 persen kaum muda Amerika menganggap kekerasan senjata api sebagai masalah di Amerika Serikat (AS), dan 59 persen mendukung undang-undang keamanan senjata api yang lebih ketat, demikian menurut laporan sebuah portal berita harian independen AS pada Minggu (13/8) mengutip sebuah studi baru.
Lebih dari seperempat kaum muda Amerika (berusia 14-30 tahun) pernah mengalami lockdown karena insiden penembakan aktif, sementara rata-rata kaum muda Amerika mengetahui "setidaknya satu orang yang pernah terluka atau terbunuh oleh senjata api," kata Scheer Post, yang menyatakan bahwa penembakan massal di negara itu telah mencapai 430 kasus sepanjang tahun ini.
"Tentu saja, stres yang saya rasakan atas epidemi kekerasan senjata api di AS mungkin tidak seberapa dibandingkan dengan yang dirasakan oleh banyak kaum muda Amerika, yang mana penembakan di sekolah jauh lebih sering terjadi dibandingkan dengan yang terjadi pada 1980-an dan 1990-an ketika saya masih bersekolah," ungkap laporan tersebut.
Meskipun penembakan massal hanya mencapai 1 persen dari kekerasan senjata api tahunan di Amerika, "insiden itu menimbulkan dampak yang sangat besar terhadap kehidupan kaum muda, sebagian karena banyaknya liputan media yang diterima, berapa kali komunitas tertentu menjadi sasaran, serta prevalensi latihan lockdown dan lockdown yang sebenarnya," papar Scheer Post.