CARAPANDANG - Kelompok pemberontak Myanmar menolak tawaran damai yang diajukan oleh junta. Junta tersebut terdesak akibat kekalahan di medan perang dan pembelotan dalam perang sipil yang telah berlangsung lebih dari tiga tahun.
Tawaran damai ini merupakan pendekatan pertama yang diambil junta sejak merebut kekuasaan pada tahun 2021. Tawaran tersebut datang setelah gencatan senjata yang dimediasi oleh Tiongkok di negara bagian Shan utara runtuh.
Junta menyerukan kepada kelompok bersenjata etnis dan kelompok pemberontak untuk berkomunikasi dan menyelesaikan masalah politik secara damai. Junta juga mengajak mereka untuk berpartisipasi dalam pemilu yang direncanakan akan berlangsung tahun depan.
Namun, pemerintahan Persatuan Nasional (NUG) yang diasingkan menolak tawaran tersebut. Mereka menyatakan junta tidak memiliki otoritas untuk menyelenggarakan pemilu, dikutip dari BBC News, Senin (30/9/2024).
Tawaran damai ini muncul karena junta mengalami kesulitan menghadapi pemberontakan yang meluas di berbagai wilayah. Beberapa laporan menyebutkan bahwa saat ini junta hanya menguasai kurang dari setengah wilayah Myanmar.
Pada bulan Juni, aliansi tiga tentara etnis memperbarui serangan mereka terhadap militer. Mereka berhasil merebut wilayah di sepanjang jalan raya yang penting menuju provinsi Yunnan, Tiongkok.