Pertarungan demi pertarungan pun berlangsung, tapi ayam milik pangeran Tiongkok selalu kalah hingga tersisa satu ayam. Karena masih penasaran dan ingin menang, sang pangeran bertaruh sebuah wangkang (perahu besar) dan seluruh isinya. Tapi lagi-lagi, ayam ke-15 milik pangeran Tiongkok pun kalah. Karena merasa tidak siap seluruh wangkang dan isinya diambil, sang pangeran melarikan diri.
Alih-alih mengejar, Raja Kutai Kartanegara justru hanya duduk tenang dan mengucapkan sebuah mantra, yang kemudian mendatangkan angin puting beliung sehingga memaksa kapal milik sang pangeran Tiongkok menepi dan memutuskan bersembunyi di sekitar Teluk Sangkulirang.
Hal inilah yang akhirnya membuat pangeran Tiongkok menetap di daerah tersebut dan menikah dengan penduduk asli sehingga “melahirkan” orang Basap, yakni keturunan Tiongkok yang menikah dengan Suku Dayak Punan. dilansir kemenparekraf.go.id