"Nah ini kita ingin akselerasi industri juga, dari 13 industri bioetanol yang ada, hanya dua yang memenuhi kriteria untuk bisa masuk sebagai fuel grid, yang lain adalah food grid," kata dia.
Menurut Eniya, program campuran bioetanol untuk BBM sendiri sejatinya sudah ada. Namun sayang, sampai saat ini pencapaian masih nihil, padahal pada 2025 ditargetkan Indonesia sudah capai bioetanol 20%.
"Nah dari dulu program bioetanol ini sudah ada, regulasi di Kementerian ESDM sudah banyak, bahkan sampai 2025 harusnya kita sudah capai 20% bioetanol, tetapi sama sekali sampai sekarang nol," ujarnya.
Seperti diketahui, saat ini PT Pertamina (Persero) melalui Subholding Commercial & Trading Pertamina, PT Pertamina Patra Niaga, telah menjual bensin dengan campuran bioetanol sebesar 5% (E5) atau dikenal dengan merek Pertamax Green 95 (setara RON 95). Adapun sumber bioetanol berasal dari tetes tebu (molase).
Namun, produk ini belum dijual secara nasional, melainkan hanya di beberapa daerah saja.
Direktur Utama Pertamina Patra Niaga Riva Siahaan sempat menyebut, pada 2023 perusahaan baru menjual bensin Pertamax Green 95 di 17 SPBU di dua kota, yakni 12 di Surabaya dan 5 SPBU di Jakarta. Adapun total produksi bioetanol sekitar 30.000 kilo liter (kl) per talun.
Pada 2024 ini penjualan bensin "hijau" ini diperkirakan bisa meningkat 2-3 kali lipat dibandingkan 2023.