Mu’ti mengaku iri kepada dua jenis orang: orang kaya yang berderma dan orang alim yang mengamalkan ilmunya. “Orang boleh iri kepada dua orang, satu kepada orang kaya yang berderma dengan kekayaannya, kedua kepada orang alim yang mengamalkan ilmunya," ujarnya.
Abdul Mu’ti merasa terinspirasi untuk mengembangkan pesantren. Ia mengenang bahwa buyutnya dahulu memiliki pesantren yang banyak diikuti santri dari berbagai daerah, misalnya dari Tebu Ireng, Demak, dan lain-lain.
Pesantren tersebut kini dilanjutkan sepupunya yang alumni Muhammadiyah dan menjadi Ketua PCNU. Mu’ti menganggap Muhammadiyah dan NU seperti dua sayap burung Garuda yang saling mendukung.
“Inilah hebatnya Islam di Indonesia ketika Muhammadiyah dan NU tidak menjadi dua organisasi yang saling berseteru, tapi seperti dua sayap burung Garuda. Burung Garuda bisa terbang tinggi karena dua sayap itu mengepak, dua sayap itu Muhammadiyah dan NU," katanya.