"Kami sangat menyesal atas dampak yang kami timbulkan kepada pelanggan, pelancong, dan siapa pun yang terpengaruh, termasuk perusahaan kami," kata Kurtz kepada NBC News, dilansir Sabtu (20/7/2024).
CrowdStrike memiliki salah satu pangsa pasar keamanan siber terbesar, sehingga beberapa analis industri mempertanyakan apakah kendali atas perangkat lunak yang sangat kritis secara operasional ini harus tetap berada di tangan beberapa perusahaan saja.
Gangguan ini juga menimbulkan kekhawatiran bahwa banyak organisasi tidak siap untuk menerapkan rencana darurat ketika titik kegagalan tunggal seperti sistem TI atau perangkat lunak di dalamnya mengalami kerusakan.
Namun, para ahli mengatakan bahwa gangguan semacam ini akan terus terjadi hingga lebih banyak kontingensi dibangun ke dalam jaringan dan organisasi memperkenalkan cadangan yang lebih baik.
Dampak Luas
Presiden AS Joe Biden diberi pengarahan tentang gangguan tersebut, kata seorang pejabat Gedung Putih. Menteri Luar Negeri Antony Blinken mengatakan bahwa menurut pemahamannya, gangguan tersebut bukan serangan jahat.
Namun, Badan Keamanan Siber dan Infrastruktur AS mengatakan pihaknya mengamati peretas menggunakan gangguan tersebut untuk aktivitas phishing dan kejahatan lainnya.
Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS (CBP) melaporkan mengalami penundaan pemrosesan dan bekerja untuk mengurangi dampaknya terhadap perdagangan dan perjalanan internasional. Kementerian Luar Negeri Belanda dan Uni Emirat Arab juga melaporkan gangguan.