Beranda Perspektif Model Pengembangan Literasi Digital untuk Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Kurikulum Merdeka

Model Pengembangan Literasi Digital untuk Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Kurikulum Merdeka

Melalui Gerakan Guru berLiterasi, kita tidak hanya mendorong inovasi dalam pembelajaran, tetapi juga membangun komunitas yang kuat di antara para guru.

0
Ilustrasi (Net)

Berdasarkan uji PISA kemampuan literasi anak-anak Indonesia belum menunjukkan hasil yang menggembirakan. Hal tersebut menjadi salah satu indikator dari rendahnya masa depan kualitas sumberdaya manusia Indonesia. Peringkat skor PISA Indonesia tahun 2022 mengalamai peningkatan jika dibandingkan dengan hasil uji PISA tahun 2018, tetapi skornya turun dan tetap di bawah skor rata-rata negara OECD (1). Hasil uji PISA 2022 yang diumumkan pada 5 Desember 2023 menunjukkan 75 persen siswa tidak paham bacaan. Hal ini semakin mempertegas krisis kualitas pendidikan di Indonesia yang  sudah lama digaungkan, salah Bank Dunia, bahwa lama bersekolah siswa Indonesia yang rata-rata 12,4 tahun hanya setara dengan 7,8 tahun pembelajaran (2).

Meskipun penting, pendekatan asesmen literasi membaca yang digunakan dalam PISA sering kali didasarkan pada norma-norma dan kerangka pemikiran pedagogi yang tidak selalu mencerminkan keragaman budaya, bahasa, dan konteks sosial di mana siswa belajar. Etnopedagogi adalah pendekatan yang mempertimbangkan konteks budaya, sosial, dan bahasa siswa dalam proses pembelajaran dan asesmen. Oleh karena itu, pengembangan asesmen literasi membaca Standar PISA yang berbasis etnopedagogi menjadi suatu kebutuhan mendesak.

Mengapa Literasi Digital Penting dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here