Para awardee diingatkan agar tidak terlena dengan segala kenyamanan di luar negeri. Sebagai penerima beasiswa yang dibiayai oleh uang rakyat, sudah sepatutnya kembali mengabdi. “Kita semua berangkat dibiayain uang rakyat, tapi kemudian saat kita dapat semua itu, kita gak mau kembali,” kata Mensos.
Di hadapan para awardee, Mensos menunjukkan program-program Kemensos yang menjangkau wilayah-wilayah yang sulit diakses. Seperti budidaya bunga matahari di Wini Kabupaten Timor Tengah Utara, NTT, dan pembuatan kapal di Kabupaten Mamberamo dan Kabupaten Asmat di Papua. Dalam perannya sebagai Mensos, ia bahkan harus menempuh ancaman bahaya seperti saat berada di daerah konflik di Puncak Jaya, atau saat menyusuri sungai yang dihuni buaya.
Selain itu, Mensos juga memperlihatkan program Kemensos yang menjangkau dan memberdayakan penyandang disabilitas. Untuk itu Mensos berpesan agar para awardee kembali dan mengabdi untuk membangun daerah masing-masing karena masih banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan untuk kemajuan seluruh masyarakat Indonesia.
“Siapa lagi mereka akan minta pertolongan kalau bukan kepada kalian yang nanti akan punya ilmu lebih baik lagi, lebih tinggi,” katanya.
Sementara itu, peristiwa unik terjadi dimana seorang awardee asal Kepulauan Aru Maluku meminta Mensos untuk datang berkunjung ke daerahnya saat ia selesai kuliah nanti. Namun Mensos langsung mengagendakan untuk datang ke Kepulauan Aru dalam waktu dekat.