Beranda Umum Penguatan Tata Kelola Kelautan Berkelanjutan dan Berkeadilan

Penguatan Tata Kelola Kelautan Berkelanjutan dan Berkeadilan

Terlalu sering atau terjebak kita dalam cara-cara berpikir yang kontinental, daratan, padahal luas laut kita itu luar biasa

0
istimewa

CARAPANDANG - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Suharso Monoarfa menyatakan banyak yang masih terjebak cara berpikir kontinental dalam memandang kelautan.

“Terlalu sering atau terjebak kita dalam cara-cara berpikir yang kontinental, daratan, padahal luas laut kita itu luar biasa,” ujar dia dalam Seminar Penguatan Tata Kelola Kelautan Berkelanjutan dan Berkeadilan dalam Rencana Pembangunan Nasional di Gedung Bappenas, Jakarta, Selasa.

Presiden Soekarno, lanjut dia, memandang Indonesia sebagai negara kelautan yang berarti tidak melihat pulau-pulau di tanah air dipisahkan oleh laut, tetapi disatukan oleh laut. Cara pandangan seperti itu diangkat oleh Perdana Menteri Indonesia Djoeanda Kartawidjaja pada periode 1957-1959 dalam bentuk kebijakan pemerintahan Soekarno.

“Masalahnya hari ini adalah seakan-akan kita itu disorientasi. Memang ada gagasan, ada gagasan kelautan yang luar biasa, tetapi pendekatannya pun kalau kita lihat dari beberapa instrumen kebijakan itu mendekati laut itu dengan pandangan darat,” ungkap Kepala Bappenas.

Misalnya, cara pandang kontinental memandang laut sebagai sumber memperoleh ikan hanya untuk dimanfaatkan oleh masyarakat. Tidak ada pertanyaan apakah ikan-ikan di laut boleh diambil atau dipancing.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here