CARAPANDANG - Serangan rudal Rusia yang menewaskan delapan orang di Ukraina timur pada Jumat (14/4/2023) terjadi saat Inggris mengatakan pasukan Ukraina telah dipaksa mundur dari bagian Kota Bakhmut. Namun, Ukraina memilih untuk tak menggubris pernyataan yang disampaikan Inggris.
Pasukan militer negara tersebut bahkan dengan gigih memutuskan untuk mempertahankan Bakmut, kota yang hancur setelah berbulan-bulan pengeboman. Komandan militer Ukraina juga telah menolak pernyataan Rusia yang membesar-besarkan bahwa pasukannya berhasil menguasai 80 persen bagian Kota Bakhmut.
Gubernur Regional Pavlo Kyrylenko mengatakan bahwa serangan rudal yang diluncurkan pada Jumat (14/4/2023) telah menewaskan sebanyak delapan orang dan melukai 21 orang lainnya. Rudal yang diluncurkan ke arah sebuah gedung apartemen di Sloviansk, kota di sebelah barat Bakhmut itu membuat tim penyelamat harus mengevakuasi korban selamat hingga larut malam.
"Keadaan jahat sekali lagi menunjukkan esensinya. Hanya membunuh orang di siang bolong, merusak dan menghancurkan semua kehidupan," ujar Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dikutip dari Reuters, Sabtu (15/4/2023).
Sementara itu, militer Inggris menilai bahwa Rusia telah mengerahkan sumber daya baru dalam upaya untuk merebut Bakmut. Upaya ini, menurut militer Inggris, dimaknai Moskow sebagai batu loncatan untuk merebut lebih banyak bagian di wilayah Donbas yang kini menjadi tujuan perang.