Para peneliti menganalisis pola tidur sekitar 455.405 peserta di Inggris Raya dan menemukan bahwa kurang tidur dapat menggandakan risiko seseorang didiagnosis dengan kondisi tersebut. Tim menemukan peserta yang memiliki risiko genetik tinggi asma dan melaporkan pola tidur yang buruk 122 persen lebih mungkin mengembangkan kondisi tersebut dibandingkan mereka yang memiliki risiko genetik rendah dan pola tidur yang sehat.
Kualitas tidur dinilai berdasarkan faktor-faktor seperti durasi tidur, kronotipe tidur, insomnia, mendengkur, dan rasa kantuk yang berlebihan di siang hari. Temuan menunjukkan bahwa dengan mengidentifikasi dan mengobati gangguan tidur sejak dini, kemungkinan terkena asma dapat dikurangi terlepas dari kecenderungan genetik. "Individu dengan pola tidur yang buruk dan kerentanan genetik yang lebih tinggi memiliki tambahan risiko asma yang lebih tinggi. Pola tidur yang sehat bermanfaat dalam pencegahan asma terlepas dari kondisi genetiknya. Deteksi dini dan pengelolaan gangguan tidur dapat bermanfaat untuk mengurangi kejadian asma," kata para peneliti dalam studi itu.