Keberadaan SGA, sambung Gubernur, mesti terbuka bagi siapa saja yang hendak beribadah. Di samping itu, SGA juga harus dimaksimalkan sebagai tempat bermusyawarah, serta pembinaan dan pengembangan tahfidzul Qur’an, demi lahirnya generasi emas yang selalu mendapatkan keberkahaan dan naungan dari Allah SWT.
Dalam kesempatan itu, Gubernur juga mengajak para ninik mamak, bundo kanduang, tokoh masyarakat, serta unsur pemerintahan di Kecamatan Kuranji, untuk terus mengupayakan berbagai program dan kegiatan bagi generasi muda, dengan landasan semangat kembali ke surau. "Kembali ke surau di ranah Minang harus kita hidupkan. Hati orang Minang harus terpaut ke surau," ucap Gubernur menutup.
Di sisi lain, Panitia Pelaksana peresmian SGA, Ijunson Rajo Mulia, mengatakan bahwa proses berdirinya surau tersebut memang murni dari semangat gotong-royong seluruh komponen dalam masyarakat serta bantuan donatur.
"Selama pembangunan surau berlangsung, kita tidak mengenal kata upah. Kecuali untuk pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus, dan itu pun hanya dibayar uang konsumsinya saja," kata Ijunson.
Ijunson Rajo Mulia menjelaskan, total hingga saat ini pembangunan SGA telah menelan biaya sekitar Rp1,3 miliar. Saat ini, pembangunan yang tengah terbengkalai adalah pengerjaan bagian loteng. “Surau Gadang Aru bukan surau kaum, tetapi milik masyarakat. Mari kita bangun bersama dan kita ramaikan surau ini sebagaimana fungsinya," ucapnya mengajak. (adpsb/cen)