Ia menegaskan tidak bersalah dan menyebut upaya pemakzulan sebagai langkah bermotif politik yang dipicu oleh perselisihannya dengan Presiden Marcos. Dalam petisi setebal 36 halaman, Duterte meminta MA untuk mengeluarkan perintah sementara (TRO) guna menghentikan sidang pemakzulan di Senat.
Jika dinyatakan bersalah, ia akan dilarang seumur hidup dari jabatan publik. Petisi ini diajukan sekitar tiga jam sebelum kelompok pendukungnya mengajukan permohonan serupa.
Duterte didampingi oleh pengacara Sheila Sison serta ayahnya, mantan Presiden Rodrigo Duterte, dalam upaya hukumnya. Ia menuduh DPR sengaja menunda pemrosesan tiga pengaduan sebelumnya dan mengarsipkannya setelah pengaduan keempat mendapatkan cukup dukungan.
Duterte berpendapat strategi ini bertujuan untuk mendiskualifikasi dirinya dari pemilihan presiden 2028, karena ia dipandang sebagai kandidat kuat. Namun, langkah Duterte mendapat kecaman dari sejumlah anggota parlemen.
Wakil Ketua DPR Aurelio Gonzales Jr. menegaskan bahwa pemakzulan adalah hak prerogatif Kongres. Wakil Ketua DPR David Suarez menyebut tindakan Duterte sebagai bentuk kepanikan dan upaya melemahkan proses pemakzulan.
DPR juga menilai permintaan Duterte ke MA sebagai bentuk inkonsistensi, mengingat sebelumnya ia menyatakan siap menghadapi sidang pemakzulan. Sementara itu, pihak oposisi menilai permintaan Duterte untuk mendapatkan TRO sebagai bentuk penghindaran tanggung jawab.