Situasi ini menciptakan kekosongan kebijakan fiskal pada saat ekonomi Korea Selatan membutuhkan dukungan fiskal yang ekspansif. Pemangkasan dianggap memperparah kondisi perlambatan ekonomi, dengan ekspor melambat dan pemulihan permintaan domestik yang tetap lemah.
Ekonom Park Sang-hyun dari iM Securities menyebutkan langkah ini akan memicu anggaran tambahan pada tahun depan. Analis Citi memperkirakan pemangkasan anggaran akan menurunkan pertumbuhan ekonomi sekitar 0,02 poin persentase.
Sementara itu, Bank of Korea memproyeksikan pertumbuhan ekonomi akan melambat menjadi 1,9% pada 2025. Mereka juga memproyeksikan kelambatan pertumbuhan ekonomi menjadi 1,8% pada 2026, setelah tumbuh sebesar 2,2% pada 2023.
Oposisi menilai anggaran tambahan dapat dikelola untuk memenuhi prioritas masyarakat. Namun, pemerintah berargumen pemangkasan ini menghambat pelaksanaan kebijakan dan respons terhadap tantangan global.
Sektor usaha kecil dan masyarakat rentan menjadi pihak yang paling terancam oleh keputusan ini. Tekanan semakin meningkat bagi parlemen dan pemerintah untuk menyusun anggaran tambahan untuk menyeimbangkan prioritas politik dan kebutuhan ekonomi.