"Kita harus melihat bagaimana invasi darat berlangsung. Namun, menurut sumber yang memiliki hubungan dengan Hizbullah, Israel memang menghadapi perlawanan sengit pada larut malam tadi. Tampaknya ini tidak akan menjadi pertempuran yang mudah bagi Israel, bahkan jika Hizbullah telah kehilangan pemimpin dan komandan militer seniornya. Itu masih membuat Hizbullah menjadi musuh yang tangguh untuk menimbulkan kerugian besar bagi Israel dalam invasi darat mereka."
Tekanan Oposisi Lebanon untuk Hizbullah
Faksi bersenjata Lebanon, Hizbullah, tengah mendapatkan tekanan besar. Kelompok politik itu tak hanya mendapatkan serangan hebat dari Israel, tetapi juga dari para pihak oposisinya.
Diketahui, kelompok Kristen dan Sunni telah lama melihat Hizbullah sebagai pihak yang membajak negara melalui kekuatan militer, yang lebih kuat daripada tentara Lebanon karena dukungan dari Iran.
"Hizbullah sangat rentan. Sebagai organisasi yang telah hancur, sulit untuk melihat mereka bangkit kembali seperti biasa dalam waktu dekat," kata Mohanad Hage Ali, seorang pakar Lebanon dan peneliti senior di Carnegie Middle East Center, kepada Al Jazeera, Selasa.
Sejak berakhirnya perang saudara Lebanon selama 15 tahun pada tahun 1990, Hizbullah telah mengonsolidasikan kendali yang kuat atas politik Syiah di negara tersebut. Hizbullah memperjuangkan identitas, agama, dan perlawanan sebagai obat mujarab untuk melawan Israel dan Amerika Serikat (AS) di kawasan tersebut.