Hanya saja, menurut Ketua Poros Dunia Wasatiyyat Islam (Global Fulcrum of Wasatiyyat Islam) itu, Wawasan Madani Anwar Ibrahim masih perlu diperkuat dengan landasan filosofis berasaskan nilai-nilai fundamental Islam (Tauhid, Khilafah dan Islah) dan nilai-nilai instrumental berupa paradigma etika atau kode etik yang perlu dibudayakan oleh masyarakat, dan disesuaikan dengan konteks sosio-kultural masyarakat bersangkutan.
Din Syamsuddin dalam Debat Perdana Madani di Kampus Universiti Kebangsaan Malaysia, Bangi, Selangor, Malaysia, Kamis (21/8), mengkritik kepanjangan MADANI oleh Anwar Ibrahim, yaitu kemaMpanan, kesejAhteraan, Daya cipta, hormAt, keyakiNan, Ihsan yang terkesan seperti dipaksa-paksakan dan susah dipahami masyarakat.
Secara berkelakar, dirinya mengusulkan MADANI menjadi Maju, Aman, Damai, Adil, Nikmat, dan Indah. Usulan tersebut, menurut dia, disambut tepuk tangan sekitar dua ribu hadirin yang memadati Dewan Conselor Tun Abdul Razak Kampus UKM.
Debat Perdana Madani itu para tokoh cendekiawan, budayawan, dan civitas akademika UKM, termasuk Menteri Pendidikan Tinggi Malaysia Dato Seri Mohammad Khaled bin Nordin, Timbalan Menteri, Naib Canselor UKM Prof. Dato Dr. Mohd Ekhwan, dan sejumlah guru besar. dilansir antaranews.com