“Kami berharap FINEST ini menjadi wadah berbagi pengalaman klinis dan inovasi baru guna meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan neurologi, agar masyarakat terhindar dari gangguan saraf,” tutup Mahyeldi.
Ia juga menambahkan, kegiatan ini diharapkan memperkuat sinergi antara pemerintah, akademisi, klinisi, sektor swasta, dan masyarakat, agar program pencegahan penyakit neurologis berjalan lebih komprehensif dan berkelanjutan.
Kolegium Neurologi Indonesia Dukung Edukasi Pencegahan Stroke
Sementara itu, Ketua Kolegium Neurologi Indonesia, Prof. DR. Dr. Syahrul, SpN, Subsp NIOO(K), dalam sambutannya menegaskan bahwa stroke merupakan penyebab kematian dan disabilitas tertinggi di dunia dan di Indonesia.
“Data menunjukkan 1 dari 4 orang berisiko terkena stroke sepanjang hidupnya. Bahkan setiap tiga detik, ada satu orang di dunia terserang stroke,” jelasnya.
Menurutnya, sekitar 12 juta orang di dunia mengalami stroke setiap tahun, dan setengah juta di antaranya meninggal dunia. Senada dengan Gubernur Mahyeldi, ia mengutip data SKI 2023 yang menunjukkan prevalensi stroke di Indonesia 8,3 per 1.000 penduduk, sedangkan Sumatera Barat 8,8 per 1.000 penduduk.
“Beban biaya kesehatan akibat stroke di Indonesia tahun 2023 mencapai Rp5,2 triliun. Karena itu, mari kita jaga kesehatan sejak sekarang. Hidup sehat, kalahkan stroke mulai dari diri sendiri,” pesan Syahrul.
