Untuk suku bunga acuan tenor satu tahun dipangkas menjadi 3,35%. Sedangkan untuk suku bunga acuan tenor lima tahun juga dipangkas menjadi 3,85%.
Dengan adanya penurunan ini, kedua tingkat suku bunga tersebut berada pada titik terendah dalam sejarah. Pemotongan ini juga dilakukan beberapa hari setelah pertemuan penting Partai Komunis di Beijing.
Beijing sedang berjuang melawan krisis di sektor real estate, lemahnya konsumsi dan tingginya tingkat pengangguran kaum muda. Perdagangan internasional Beijing juga saat ini terganggu dengan adanya ketegangan geopolitik antara negara itu dengan Washington dan Uni Eropa.
Perekonomian melambat tajam pada kuartal kedua, dengan data pada Senin lalu menunjukkan pertumbuhan sebesar 4,7%. Ini jauh bawah ekspektasi dan turun tajam dari 5,3% pada tiga bulan sebelumnya.
Angka tersebut juga merupakan titik terlemah sejak awal tahun 2023. Padahal China sepenuhnya mencabut pembatasan ketat Covid-19.
Selain itu, penjualan ritel hanya meningkat 2% dibandingkan tahun lalu di bulan Juni. Hal ini menyoroti tantangan berat yang dihadapi para pemimpin dunia kerja untuk meningkatkan konsumsi.
Di sisi lain, pemerintah daerah di China juga menghadapi beban utang yang membengkak sebesar US$ 5,6 triliun (Rp 90 ribu triliun), menurut pemerintah pusat. Kondisi ini pun meningkatkan kekhawatiran mengenai stabilitas yang lebih luas.