Erlina selama ini membesarkan anaknya dengan membuat rendo (renda). Upah merenda inilah yang diandalkannya untuk memenuhi kebutuhan hari-hari. Kini dia sudah tidak bisa merenda lagi, karena kesulitan untuk melihat.
"Mata sudah tidak menampak,"katanya.
Kontan saja kebutuhan hari-harinya dipenuhi dari hasil melaut anak-anaknya. Hasil itu, mereka bawa pulang untuk memenuhi kebutuhan, beli beras.
Angga Septia Winata atau Rian (21), anaknya yang muda mengaku untuk kebutuhan keluarganya dia harus melaut. Kadang memukat dengan biduk pinjaman, kadang ikut dengan kapal tonda.
"Hasinya tergantung dapat ikan atau tidak. Kalau lagi banyak rezeki, ada bawa uang pulang. Kalau lagi tidak, kosong saja,"katanya.
Saudaranya yang lain juga seperti itu jika melaut. Kadang ada rezeki kadang tidak. Sehingga kehidupannya seperti itu saja. Untuk makan cukup, tidak pula berubah.
Sudah menjadi agenda Gubernur Mahyeldi setiap tahun pada bulan ramadhan mengunjungi warga tidak mampu saat sahur. Namanya singgah sahur. Singgah di rumah warga tidak mampu, kemudian sahur disana.
Semua kebutuhan untuk sahur sudah disiapkan oleh rombongan. Orang rumah tidak boleh tahu kalau mereka akan dikunjungi. Jadi ketika didatangi mereka terkejut saja. Seperti dialami oleh Erlina ini.
Erlina sebenarnya sudah bangun pagi buta itu. Siap-siap masak mie instan, katanya untuk pengganti sayur saat sahur. Tiba-tiba rumahnya diketuk dari luar. Ternyata Gubernur Mahyeldi yang datang.