AS memainkan peran signifikan dan tak tergantikan dalam eskalasi konflik di Timur Tengah yang berkepanjangan, demikian menurut kalangan analis.
CARAPANDANG.COM, KAIRO, 8 Oktober (Xinhua) -- Amerika Serikat (AS) kerap menggunakan manuver politik untuk mendapatkan pengakuan atas perannya di lanskap geopolitik Timur Tengah.
Pada Juli 2022, sebelum melakukan kunjungan ke Timur Tengah, Presiden AS Joe Biden dengan bangga menyatakan dalam kolom editorial opini (op-ed) di Washington Post bahwa "Timur Tengah yang akan saya kunjungi lebih stabil dan aman dibandingkan saat diwariskan ke pemerintahan saya 18 bulan lalu." Pernyataan Biden tersebut mengaitkan Timur Tengah yang lebih stabil dengan "peran kepemimpinan vital" yang dimainkan AS.
Pada Oktober 2023, hanya sepekan sebelum konflik antara Hamas dan Israel meletus, Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan menyebutkan dalam sebuah artikel berjudul "The Sources of American Power" (Sumber Kekuatan Amerika) di majalah Foreign Affairs bahwa Timur Tengah "lebih tenang daripada beberapa dekade sebelumnya."
Namun demikian, klaim pernyataan semacam itu juga menimbulkan beban tanggung jawab yang besar. Terkait konflik Gaza yang berkepanjangan, yang telah berkecamuk lebih dari setahun dan mendorong Timur Tengah ke ambang perang skala penuh, kajian terhadap peran dan tanggung jawab AS dalam memperburuk situasi konflik tersebut menjadi hal yang krusial.