"Ibadah haji berat prosesnya yang memerlukan 'istita'ah' (kemampuan) secara fisik, termasuk kesehatan, selain kesiapan ruhani. Seluruh proses insyaAllah dapat dijalani dengan hati yang 'tuma'ninah' bilamana dilandasi keikhlasan," kata dia.
Dia juga mengingatkan bahwa haji bukanlah gelar dan atribut, akan tetapi ibadah rukun Islam kelima, yang menuntut kepasrahan kepada Allah SWT.
"Dalam menunaikannya untuk meraih ridha dan karunia Allah SWT, disertai segala kegiatan yang seksama sesuai yang disyariatkan Islam dan pelaksanaannya sejalan ketentuan yang berlaku," kata dia.
Haedar menuturkan beribadah haji merupakan berjamaah secara luas yang melibatkan jutaan Muslim-Muslimah dari berbagai negara yang beragam latar belakangnya. Sementara, lokasi ibadah haji terbatas meskipun sudah diperluas di berbagai titik dengan segala fasilitas yang lengkap oleh Pemerintah Arab Saudi maupun pemerintah Indonesia bagi jamaah haji Indonesia.
"Keterbatasan dan kemampatan berhaji dalam seluruh prosesnya, termasuk di Aramina, menuntut jiwa kebersamaan. Para jamaah tidak bisa egois. Karenanya perlu niat untuk berbagi, peduli, dan saling membantu serta memberi kelonggaran antar jamaah. Dalam berhaji itulah 'ukhuwah Islamiyah' yang mesti dipraktikkan," ujar Haedar.
Dia mengimbau para jamaah mengikuti seluruh prosesi ibadah haji sesuai syariat Islam, mengikuti segala ketentuan yang berlaku, baik yang diterapkan Pemerintah Saudi maupun pemerintah Indonesia.