Haedar mengingatkan beribadah haji dilakukan dengan syariat dan sunnah nabi secara khusyuk.
Manakala ada perbedaan dalam praktik ibadah yang sifatnya khilafiyah, dia meminta agar pada jamaah jangan saling menyalahkan sehingga diperlukan toleransi atas perbedaan cara (tanawu').
"Namun jangan pula saling menonjolkan perbedaan, belajarlah beribadah sesuai sunnah nabi agar semakin mendekatkan kesamaan. Selebihnya, ambil makna dan fungsi terbaik dari ibadah haji agar tujuannya tercapai, yakni menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya guna meraih kemabruran yang diridhai Allah. Beribadah haji dengan khusyuk dan penuh pengharapan kepada Allah, menjauhi hal-hal yang tidak diperlukan dalam berhaji agar tercapai tujuannya," ucap Haedar.
Menurut Haedar, meraih haji mabrur berarti semakin tertanam kebaikan-kebaikan yang utama selama prosesi sampai pulang ke tempat masing-masing.
Mabrur, kata Haedar, adalah segala kebaikan yang digariskan syariat Islam dan yang menjadi kebaikan umum yang dibenarkan syariat.
Karena itu, menurut dia, berhaji yang mabrur bukan sekadar selama prosesi ibadahanya, tetapi tidak kalah penting sesudahnya dalam kehidupan sehari-hari.
"Bila selama haji dilarang mengucapkan ujaran yang 'rafas' (jorok), 'fusuq' (inkonsisten, khianat), dan 'jadal' (bertengkar) maka dalam kehidupan sehari-hari setelah berhaji perangai buruk itu jangan dilakukan, termasuk dalam bermedia sosial dan interaksi sosial lainnya," ujar dia.