Kilicdaroglu menambahkan, "Apa yang benar-benar membuat saya sedih adalah hari-hari sulit mendatang bagi negara kita."
Para pemimpin asing termasuk Rusia, Qatar, Libya, Aljazair, Hongaria, Iran, dan Otoritas Palestina adalah yang pertama memberi selamat kepada Erdogan. Pendukung Erdogan yang berkumpul di Lapangan Taksim Istanbul, meneriakkan namanya.
Ratusan orang berkumpul di luar markas Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) yang berkuasa di Istanbul setelah hasil awal menunjukkan Erdogan memimpin.
Beberapa datang dengan anakanak, sementara yang lain mengibarkan bendera, membunyikan klakson mobil dan menyalakan suar serta kembang api.
Mehmet Karli, penasihat Kilicdaroglu, menyebut kemenangan Erdogan sebagai "kemenangan yang mengerikan" menuduhnya memicu ketegangan selama pilpres.
"Tampaknya Presiden Erdogan telah memenangkan pilpres ini.
Kemenangan Erdogan atas Kilicdaroglu disebut membuat Turki menjadi terpecah belah.
"Ini bukan kekalahan telak bagi mereka yang menginginkan perubahan,” ungkap Asli Aydintasbas, seorang peneliti tamu di Brookings Institution.
"Kita sekali lagi melihat negara yang terpecah… kedua kubu menginginkan hal yang sama sekali berbeda untuk Turki."
Dalam putaran pertama pemungutan suara pada 14 Mei, Erdogan mengamankan keunggulan hampir lima poin atas Kilicdaroglu tetapi gagal mencapai ambang batas 50 persen yang dibutuhkan untuk menang.