Untuk lebih jelasnya, dolar AS tetap dominan dalam cadangan devisa global meskipun bagiannya dalam cadangan devisa bank sentral telah turun dari lebih dari 70% pada tahun 1999 ke kisaran 50%, menurut data IMF.
Dikutip dari CNBC Internasional, data Komposisi Mata Uang Cadangan Devisa (COFER) IMF menunjukkan dolar AS menyumbang 58,36% dari cadangan devisa global pada kuartal keempat tahun lalu.
Fenomena dedolarisasi ini didorong oleh perubahan dinamika ekonomi global, termasuk sanksi AS untuk Rusia. Tren dedolarisasi diyakini dapat menguntungkan ekonomi lokal dalam beberapa cara.
Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgievas mengungkapkan bahwa dolar AS secara bertahap telah kehilangan statusnya sebagai mata uang cadangan utama dunia.
"Dalam sebuah konferensi di AS, Senin waktu setempat, ia berujar perubahan telah terjadi. "Ada pergeseran bertahap dari dolar, dulunya 70% dari cadangan, sekarang sedikit di bawah 60%," tegasnya di acara Global Milken Institute 2023 dikutip Senin (8/5/2023).
Meski belum bisa tergantikan dalam waktu dekat, tambahnya, pesaing AS terbesar sudah bermunculan. Ini antara euro, dengan potensi paling massif.
Ada pula pound Inggris, yen Jepang dan yuan China. "Mereka memainkan peran yang sangat sederhana," katanya.
Momentum Tepat