Harga-harga komoditas pun menurutnya juga akan masih tinggi akibat permasalahan tensi geopolitik, khususnya harga energi yang mulanya sudah tinggi akibat perang Ukraina-Rusia, dan kini makin memburuk akibat perang Palestina-Israel. Ini menurutnya akan membuat tekanan ekonomi awal pada masa pemerintahan pemenang Pilpres 2024.
"Jadi ada tekanan luar biasa terhadap daya beli masyarakat dunia. Kalau kemungkinan besar kita masuk resesi sudah pasti awal 2024-2029 dimulai dengan pertumbuhan ekonomi rendah," ucap Lembong.
Dengan demikian, ia mengatakan, hingga awal 2025 pun pertumbuhan ekonomi Indonesia maksimal akan bisa dimulai di level 5%. Maka, jika target pertumbuhan ekonomi rata-rata hingga masa akhir pemerintahan seperti yang dijanjikan Anies-Muhaimin di level 5,5%-6,5% maka maksimal pertumbuhan harus di level 7%-7,5% pada akhir masa pemerintahan.
Sementara itu, jika pertumbuhan ekonomi sebagaimana yang dijanjikan pasangan calon Ganjar Pranowo-Gibran Rakabuming Raka rata-rata di level 7% per tahun, maka menurut Lembong, laju pertumbuhan ekonomi jika dimulai 2025 di kisaran 5%, pada akhir masa pemerintahan pada 2029 harus bisa tumbuh hingga 9%.
"Harus sampai ke 9% per tahun menjelang akhir periode 2024-2029 yang terus terang enggak ada presiden Indonesia yang berhasil mencapainya sejak periode orde baru 1980-an," ucap Lembong.