Didik menilai bahwa pemerintah sudah menunjukkan respons yang terkoordinasi dengan melibatkan berbagai kementerian dan lembaga terkait. Dia menjelaskan, Kementerian Luar Negeri bersama tim lintas kementerian disebut telah menyiapkan strategi diplomatik, termasuk melalui negosiasi langsung dengan pemerintah AS dan pengiriman delegasi tingkat tinggi ke Washington DC.
Selanjutnya dia mengatakan, Presiden Prabowo juga telah menginstruksikan Kabinet Merah Putih untuk mengambil langkah-langkah struktural, seperti deregulasi dan mitigasi dampak ekonomi.
Dia mengatakan bahwa pemerintah kini tengah menghitung secara cermat dampak tarif terhadap sektor-sektor ekspor utama, seperti tekstil, elektronik, dan minyak sawit. Upaya menjaga stabilitas ekonomi makro, termasuk nilai tukar rupiah dan imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN), juga terus dilakukan.
"Meski tantangannya besar dengan potensi penurunan daya saing ekspor, PHK, dan tekanan rupiah, fokus diplomasi, diversifikasi pasar, dan perbaikan regulasi, menunjukkan bahwa pemerintah tidak sekadar reaktif atau kebingungan," paparnya.
Dia pun tegas mengatakan efektivitas langkah-langkah pemerintah akan sangat bergantung pada keberhasilan negosiasi dengan AS serta kemampuan Indonesia memperkuat sektor dalam negeri dan menarik investasi baru.
"Yang juga tidak kalah penting, pemerintah harus mampu beradaptasi dengan situasi ini," demikian Didik.