Pertemuan para pemimpin NATO di Washington sepakat bahwa kebijakan dan ambisi China bertentangan dengan kepentingan, keamanan, dan nilai-nilai pakta pertahanan tersebut. Pernyataan ini memposisikan Beijing sebagai lawan utama aliansi tersebut.
Kepada Rusia, NATO menggambarkan Moskow telah 'menghancurkan' perdamaian dan stabilitas di Barat dengan serangannya ke Ukraina. Kemampuan nuklir Rusia serta tindakan gabungan melalui proxy, seperti aktivitas dunia maya dan provokasi di perbatasan negara sekutu, semuanya dianggap sebagai ancaman oleh NATO.
Sekutu Rusia, Korea Utara dan Iran, juga dituduh "memicu perang agresi Rusia" terhadap Ukraina dengan memberikan dukungan militer langsung kepada Moskow, yang menurut NATO, "berdampak serius pada keamanan Euro-Atlantik dan melemahkan rezim non-proliferasi global."
Rusia dan Korea Utara menyangkal adanya transfer senjata. Iran sebelumnya telah menyebut pihaknya memasok drone ke Rusia, namun mengklaim telah mengirimkannya sebelum perang dimulai.
China membantah memasok senjata ke Rusia. Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian dilaporkan menggambarkan komentar terbaru NATO sebagai "bias, fitnah, dan provokatif."
Pendiri dan presiden Eurasia Group, Ian Bremmer, mengatakan KTT NATO terbaru menunjukkan bahwa Barat dan lawan-lawannya tampaknya memposisikan diri mereka dalam "postur Perang Dingin yang baru."