Sementara itu, Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Barat Fatmawati ST. M.Eng, menyampaikan, di Agam ini terjadi kenaikan stunting 5 %, sebenarnya pada tahun 2021 kemarin kita sudah berada di posisi aman 19%.
Dan ternyata ketika survey di tahun 2022,kasus stunting naik menjadi hampir 25%.
"Kita bisa mengkolerasikan bahwasanya dari 4 balita yang ada di Agam 1 diantaranya stunting, dan kondisi seperti ini yang berkualitas hanya 3 orang, ini adalah kondisi yang sangat mengkhawatirkan, jadi kita harus waspada jadi kita harus waspada," papar Fatmawati.
Lanjut dikatakannya, jika kita melihat dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang ada di Sumbar itu sebenarnya ada diangka 72% dan Agam angkanya malah 73%.Ketika IPM nya tinggi itu kita mengharapkan stuntingnya rendah.
"Kita diisyaratkan dalam intervensi bahwa stunting itu harus merata karena ketika survey yang akan dilaksanakan setiap tahun itu akan melihat blok sensusnya yang memang blok sensus itu mewakili dari populasi walaupun survey, kondisi seperti itu memang kita harus waspada," sebutnya.
Diterangkan Fatmawati, ternyata jika kita melihat Human Development Indeksnya kita sebenarnya tinggi 73, tetapi kenapa stuntingnya juga tinggi padahal ketika kita mengukur itu adalah kelayakan hidup, kesehatan, lama bersekolah, kemudian angka harapan hidup tinggi tetapi angka stuntingnya juga tinggi ini adalah sesuatu yang kontradiktif dan ini harus kita cari dengan cara menganalisa.