Peuyeum adalah sebutan urang Sunda untuk tapai. Konsep pengolahannya sama. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, peuyeum artinya penganan yang dibuat dari ubi kayu yang direbus dan setelah dingin diberi ragi, kemudian dibiarkan semalam atau lebih hingga manis.
Dohra Fitrisia dan Dwi Widayati dalam “Changes in Basic Meanings form Proto-Austronesian to Acehnese” yang terbit di jurnal Studies in English Language and Education Maret 2018, mengungkapkan tapai ditemukan pertama kali oleh orang-orang Proto-Melayu. Kata “tapai” berasal dari bahasa Proto-Melayu-Polinesia yakni “tapay” atau Proto-Austronesian yakni “tapaj”. Itu berarti fermentasi.
Menurut Chye Retty Isnendes, sebagaimana umum berlaku di Tatar Sunda, penamaan makanan disesuaikan dengan cara pengolahannya. “Pengolahannya diberi ragi lalu dibiarkan semalam atau lebih. Dalam bahasa Sunda dipeuyeum atau diperam, sehingga namanya pun menjadi peuyeum,” jelas dia.
Singkong, sebagai bahan dasar pembuatan peuyeum, naik daun di kalangan masyarakat Sunda paling tidak pada masa Bupati Bandung R.A.A. Martanagara (1893-1918). Namun yang tercatat waktu itu adalah olahan singkong dalam bentuk tapioka. Karena tapioka sedang laku di pasaran dunia, Martanagara menginstruksikan penanaman singkong. Berkat tapioka, kemakmuran wilayah Bandung, baik di kota maupun pedesaan sekitarnya, meningkat setiap tahun.