CARAPANDANG – Analis komunikasi politik Hendri Satrio menanggapi rencana Kementerian Kebudayaan akan menulis ulang sejarah nasional Indonesia dengan melibatkan 100 sejarawan dari berbagai perguruan tinggi di Tanah Air.
Menurut pria yang akrab disapa Hansat dalam menulis sejarah harus menekankan pentingnya integritas para penulis sejarah. Sebab, sejarah bukan hanya soal narasi, tetapi juga kejujuran dalam menyampaikan fakta.
“Sejarah dibuat oleh pelaku sejarah disaksikan saksi sejarah, tapi pembaca sejarah hanya akan membaca sejarah hasil penulis sejarah,” katanya lewat akun X, Rabu 4 Juni 2025.
Hansat mengingatkan, jika pelaku dan saksi sejarah sudah tiada, maka pembaca hanya bisa menerima versi sejarah yang ditulis, meskipun belum tentu itu merupakan kebenaran yang utuh.
“Maka adalah penting integritas, obyektivitas, dan netralitas penulis sejarah,” tegasnya.
Wacana penulisan ulang sejarah ini disebut sebagai salah satu upaya pemerintah untuk menyusun narasi yang lebih inklusif dan merepresentasikan berbagai perspektif dari berbagai daerah dan kelompok masyarakat.
Pemerintah akan meluncurkan penulisan ulang sejarah nasional pada HUT ke-80 Kemerdekaan RI.