Beranda Feature Kenangan Abadi Pasangan Suami Istri tentang Konferensi Asia-Afrika 1955

Kenangan Abadi Pasangan Suami Istri tentang Konferensi Asia-Afrika 1955

Inen Rusnan (kanan), fotografer Indonesia yang ditugaskan untuk meliput Konferensi Asia-Afrika 1955, dan istrinya, Dedeh Kurniasih, yang juga menjadi saksi penyelenggaraan konferensi monumental tersebut, tengah diwawancarai oleh Xinhua di Bandung pada 18 Maret 2025. (Xinhua/Xu Qin)

0
Xinhua

Pada 1955, teknologi fotografi masih terbatas. Gambar masih dalam bentuk hitam putih, dan hanya segelintir orang yang tahu cara memakai kamera. Inen termasuk di antara mereka. Dia belajar fotografi pada usia 16 tahun dari ayah angkatnya, James Adiwijaya, pemilik James Press Photo Agency. James-lah yang membawa Inen ke konferensi tersebut, dan foto-foto bidikannya didistribusikan ke surat kabar dan panitia acara.

Di sela-sela sesi, Inen bergegas ke studio foto yang berjarak 5 km untuk mencetak foto-fotonya. Sebagian fotonya dikirim ke surat kabar untuk dijadikan berita utama keesokan harinya, sementara yang lainnya diberikan sebagai cendera mata untuk para delegasi. Saat ini, banyak karyanya yang dipajang di Gedung Merdeka, yang kini menjadi Museum Konferensi Asia-Afrika.

Sementara itu, Dedeh Kurniasih, yang saat itu duduk di bangku kelas dua sekolah dasar, termasuk salah satu anak yang terpilih untuk menyambut para delegasi. Dedeh teringat bangun pagi-pagi sekali pada hari itu, kegembiraannya terlihat jelas saat dia dan kawan-kawan sekelasnya naik delman menuju Gedung Merdeka.

"Bandung saat itu sangat ramai," kenang Dedeh. "Orang-orang berjejer di jalan, pria, wanita, lansia, dan anak-anak, semua bersorak-sorai ketika para delegasi melintas dalam busana tradisional mereka." Dedeh dan kerumunan orang melambaikan bendera dan menyanyikan lagu "Halo-Halo Bandung" selama prosesi bersejarah tersebut dari Hotel Savoy Homann.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here