"Tugas saya memastikan adanya kesesuaian penganggaran, khususnya untuk tahun 2025, antara program pemerintahan saat ini dan program presiden terpilih," tulis Nikkei memuat pernyataan Djiwandono kepada wartawan, Kamis, usai acara pelantikan di Istana Kepresidenan, Jakarta.
Dimuat pula profil singkat Djiwandono bagaimana ia memperoleh gelar sarjana dalam bidang sejarah dari Haverford College di negara bagian Pennsylvania, Amerika Serikat (AS). Ia juga memperoleh gelar master dalam bidang hubungan internasional dan ekonomi internasional dari Johns Hopkins University di Baltimore.
"Ia pernah bekerja sebagai analis keuangan di Hong Kong sebelum bergabung dengan Arsari Group pada tahun 2006, perusahaan yang didirikan oleh Djojohadikusumo," tulis laman itu mengutip adik Prabowo Hasyim Djojohadikusumo.
"Djiwandono menjabat sebagai wakil ketua eksekutif kelompok tersebut, yang kepentingannya mencakup agribisnis, pertambangan dan energi," tambahnya melansir situs web Gerindra.
Media India, Times of India, juga memberi sorotan dengan artikel berjudul "Prabowo Nephew to be appointed Indonesia Deputy Finance Minister, sources say". Ditegaskan bagaimana pasar keuangan telah menyoroti bagaimana kebijakan fiskal Prabowo setelah lembaga rating memperingatkan risiko fiskal terkait dengan janji-janji kampanyenya.
"Kekhawatiran meningkatnya utang menambah tekanan terhadap rupiah dan harga obligasi Indonesia, meskipun telah melambung meskipun mereka telah bangkit kembali," tulisnya.