Upaya AS untuk menekan China ibarat meninju tembok baja, tidak akan menyebabkan kerusakan apa pun.
CARAPANDANG.COM, BEIJING -- Pemerintah Amerika Serikat (AS) telah mengambil langkah berbahaya dalam beberapa hari terakhir dengan kebijakan perdagangannya, menggunakan retorika "resiprositas" untuk memberlakukan gelombang tarif baru terhadap mitra-mitra dagang global utama, khususnya China.
Dalam menghadapi "pemerasan tarif" yang semakin meningkat, China telah merespons dengan tindakan balasan yang diperlukan untuk melindungi kedaulatan, keamanan, dan kepentingan pembangunannya.
Dengan memberlakukan apa yang disebut sebagai "tarif resiprokal" atau timbal balik, AS telah mengesampingkan peraturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), merongrong hak dan kepentingan yang sah dari para anggota WTO, merusak sistem perdagangan multilateral yang berbasis aturan, dan meningkatkan ketidakstabilan dalam tatanan ekonomi global yang sudah rapuh. Pada intinya, strategi ini menganut praktik unilateralisme, proteksionisme, dan penindasan ekonomi.
Christine Lagarde, presiden European Central Bank (ECB), memperingatkan bahwa efek riak dari kebijakan-kebijakan tersebut dapat membahayakan stabilitas ekonomi global.