Yang terbaru, belum lama ini, Mensos meluncurkan dua gelang inovasi untuk rungu wicara (Gruwi) dan grahita (Grita). Keduanya berfungsi sebagai respon dan sistem peringatan dini terhadap situasi rentan yang mungkin mengancam keselamatan penggunanya.
Namun, Mensos mengungkap, upayanya membangkitkan kemandirian ini kadang tidak dibarengi dengan keinginan dari diri para penyandang disabilitas itu sendiri.
"Tapi 'kan, tidak semua mau pakai tongkat. Tidak semua juga mau menggunakan motor roda tiga. Kadang, saya sampai merayu mereka. Jadi, memang yang harus diubah mindsetnya dulu supaya mereka tidak bergantung pada orang lain," ungkapnya.
Alat bantu itu, lanjutnya, juga telah didistribusikan ke berbagai daerah untuk percepatan kemandirian mereka, termasuk tongkat penuntun adaptif yang diserahkan Mensos kepada sembilan disabilitas netra binaan MPKS PP Muhammadiyah Yogyakarta.
Salah seorang disabilitas netra asal Yogyakarta, Novi Titi Purwani (32) mengaku baru mengetahui ada tongkat yang mampu mengeluarkan suara peringatan semacam tongkat penuntun adaptif dari Mensos Risma.
"Saya baru tau ada tongkat yang bisa mengeluarkan bunyi gini. Sudah dicoba, memang berfungsi, alat ini bisa memberi peringatan pada kita kalau ada benda-benda yang menghalangi di depan," katanya.