Baik OPEC maupun Badan Energi Internasional bergantung pada importir minyak terbesar di dunia, China, untuk menopang permintaan minyak selama sisa tahun 2023, namun lambatnya pemulihan perekonomian negara tersebut membuat para investor khawatir.
Sisa tahun ini diperkirakan akan menyebabkan kekurangan pasokan, sebagian karena konsumsi global yang cukup sehat dan sebagian lagi karena tekad Saudi untuk memberikan harga dasar yang tinggi, kata Tamas Varga dari pialang minyak PVM.
“Kecuali perekonomian China menunjukkan kebangkitan yang percaya diri pada tahun depan, suasana akan sangat buruk,” katanya.
Sebagai indikasi pasokan di masa depan, jumlah rig minyak AS tidak berubah pada 512 minggu ini, yang merupakan angka terendah sejak Februari 2022, kata perusahaan jasa energi Baker Hughes pada Jumat (1/9/2023). dilnsir antaranews.com